Musim Jeruk


Pas libur kemaren saya sempatkan memfoto beberapa objek yang bagus di pasar, di kampung saya. Bukan karena tidak ada tujuan, kampus saya mengadakan sayembara dan hadiahnya lumayan buat makan setengah bulan kalau juara 1. Saya tidak terlalu berharap banyak.

Jeruk yang berwarna hijau bertanda itu jeruk yang masih muda dan terlalu manis untuk di cicipi.

Jeruk yang mulai menguning bertanda itu jeruk yang menua dan rasa manisnya sudah pas. 

Setiap bulan berganti di pasar tersebut banyak buah-buhan yang dijual, bukan bermacam-macam, tetapi hanya 1 atau 2 jenis buah yang di jual tergantung bulan apa dan musim apa yang sedang terjadi.

Sebenarnya saya sangat bosan ke pasar.

Saat kecil, saya adalah anak yang bandel dan selalu menghabiskan uang orang tua untuk membeli mainan di pasar. Berbagai bentuk mainan saya miliki. Sampai-sampai mainan saya menumpuk banyak sekali. Fantasi dalam otak saya terlalu berlebihan saat saya masih kecil.

Saya sadar sekarang, semua itu terjadi karena lingkungan sekitar saya tinggal. Atau karena penjual mainan yang hebat memasarkan mainannya. 

Atau, bisa saja karena masa itu adalah zaman mainan anak-anak berjaya ?.

Saat itu stasiun televisi Indosiar dan RCTI menayangkan animasi jepang setiap minggu. Saya tidak tahu persis kapan saya berhenti membeli mainan. Yang jelas saat kelas 6 saya sudah tidak terlalu tertarik dengan mainan-mainan. 

Dulu, saya merengek ke Ayah saya minta dibelikan console game. Yap, Sega. Pada masa saya kecil keseharian saya habis dengan permainan yang ada dalam console game. Berlanjut ke Playstation 1 dan diakhiri Playstation 2. Semua console yang dibelikan orang tua saya tersebut ada timbal baliknya, yakni saya harus dapat rangking 1,2, atau 3 baru bisa dibelikan semua itu.

Betapa baik dan sayangnya orang tua saya, meladeni anak  yang semi-durhaka seperti saya. Ingin rasanya membanggakan mereka dan mengganti jasa mereka selama ini, minimal membawa terbang mereka untuk naik haji, kalaupun tidak bisa, umrah tidak masalah. 




Komentar