Lapangkan Hati – Keseringan Ujian Perbaikan.


Entah kenapa akhir-akhir ini ada saja halangan-halangan yang menerpa saking banyaknya sampai sudah mau berputus asa. Keras hidup sudah sering menerpa, tidak sekeras ini. Selalu ada terpaan menerpa di perkuliahan, dari nilai BC, mas-mas probandus pembawa sial, sampai prahara pengajar 1001 cara membuat alasan supaya aku UP alias ujian perbaikan.
Mungkin hati ku sudah kotor segala macam prasangka ku utarakan, tapi apa daya tak ada perubahan kalau hanya mengeluh. Sebetulnya aku memang sudah berusaha membenarkan diri ini dari kesalahan A sampai kesalahan Z. 

Tetap saja sangat sulit sekali memperbaiki, layaknya engineering lulusan ala kadarnya memperbaiki roket SpaceX. Hampir terlalu banyak kesalahan-kesalahan pada diri ini. Jujur, aku sudah sangat hina. Baik dimata manusia ataupun dimata sang pencipta.
Menjadi penuh kekurangan dan kesalahan bukan hobiku, setiap orang tidak ingin melakukan kesalahan berkali-kali. Itulah sebabnya beberapa orang mengatakan mending menjadi orang beruntung daripada orang pintar. Kata-kata ini secara penelaahan ada benar juga. Alangkah baiknya tidak menjadikan patokan. Menjadi orang yang beruntung tidak akan selamanya beruntung, dan menjadi orang yang pintar juga tidak akan selamanya pintar. 

Adakalanya orang beruntung mengalami kesialan, entah apa yang pernah dia lakukan sehingga sial. Orang pintar pun sama, pada beberapa kejadian orang pintar tidak mengetahui beberapa hal jika ditanya. Apapun itu mempertahkan sesuatu menjadi beban yang berat bagi kita semua jika tidak dilakukan sambil berbahagia.
Barangkali aku terlalu banyak maksiat, terlalu banyak lalai shalat, terlalu banyak zina mata, terlampau berakhlak buruk. Sesungguhnya, aku pun hanya mengetahui segelintir kesalahan yang ku perbuat kepada Allah swt dan kepada sesama makhluk ciptaannya. 

Aku tidak tahu seberapa banyak aku memiliki dosa atau kesalahan. Sifat-sifat negatif yang ada pada diri ini sungguh terlampau banyak. Jika diibaratkan layaknya air pada cangkir kecil dituangkan air satu cebok. Tumpah-tumpah. Malu.
Sekarang aku menjadi sadar, alangkah cerobohnya aku di umur 20 tahun. Kenapa aku tetap mempertahankan keadaan berlanjut-lanjut yang menjadi alasan aku terpuruk. Segala pilihan sudah ditangan. Harusnya aku bersyukur, tidak banyak orang-orang yang bisa sepertiku. 

Ada orang-orang yang mengalami kesusahan melebihi diriku. Banyak sekali. Tetapi harusnya akupun perlu menambah tujuan dan impian, ada banyak orang-orang yang sudah sukses di umur 20. Bahkan menteri pemuda Malaysia berumur 20 tahunan lebih.
Aku harus kuat, ujian-ujian seperti ini sudah sering ku alami. Aku tidak ingin terbiasa dengan keadaan sulit sekarang, aku hanya ingin membiasakan diri mengarungi berbagai cobaan ini. Jika ingin memilih aku tidak mau terjerumus seperti ini seperti misalnya dalam ujian perbaikan-ujian perbaikan. Aku lebih memilih melewatinya tanpa menyentuh sedikitpun kertas ujian perbaikan itu.
Tekad ku sudah bulat ingin merubah diriku. Awalnya agak sulit seperti sekarang, yang aku tahu mempertahankan lebih sulit lagi. Tekadku sudah kokoh.
Sekarang aku wajib menyibukan diri dengan hal-hal positif terutama belajar, berperilaku terpuji, shalat tepat waktu, tidak melakukan maksiat lalu zina, juga tidak melakukan hal-hal yang mengganggu diri lainnya. Bismillah…akan selalu ada rencana Allah swt selanjutnya.
Lapangkan hati, berbahagialah.

Komentar