Jurusan Kuliah Jalani Apa Adanya



Tidak terasa, akhirnya sudah semester 5. Banyak sistem tubuh manusia yang harus dipelajari.

Kemaren rasa-rasanya saya baru mau lulus SMA.

Perasaan seperti kemaren ikut ekskul voli dan paskib disekolah.

Rasanya juga baru kemaren saya upgrade Town Hall di Clash of Clans.

Setelah lulus dari sekolah, saya sempat berhaji bersama kedua orang tua ke Arab Saudi.

Sepulangnya dari berhaji saya membuang waktu beberapa bulan kuliah di jurusan Arsitek di Banjarmasin.

Sewaktu mendaftar saya memilih Farmasi dipilihan pertama, tapi kouta sudah penuh. Hasilnya jatuh dipilihan kedua, Arsitek.

Dulu itu saya kuliah disebuah kampus yang sudah berganti status menjadi Universitas. Sekarang kampus itu sudah punya gedung baru, dinamakan gedung terapung karena disekitar gedungnya kita bisa mengayuh jukung. Gedung itu diresmikan Pak Jokowi ketika berkunjung ke Kalsel.

Tapi, saya tidak lama kuliah di kampus itu.

Saya merasa jurusan itu bukan pilihan yang bagus. Buat diri saya pribadi. Sudah matang sekali saya memikirkannya, saya sempat diskusi dengan kedua orang tua waktu itu. Hasilnya orang tua saya memberi pilihan ditangan anaknya.

Alasan pertama yang keluar dibenak saya saat memutuskan keluar ialah Link. Saya merasa kalau dijurusan itu akan sulit mencari kerja. Masuk akal jika dilihat dari lingkungan keluarga yang banyak bekerja dibidang pendidikan dan kesehatan.

Meski ada beberapa keluarga saya yang bekerja diluar bidang itu, tapi tetap tidak ada yang bekerja dibidang Teknik.

Saya memang suka dunia Arsitek, hanya saja dimulai dari SMA kelas 1. Bukan tujuan hidup saya. Bisa dibilang hanya hobi saja. Seperti main game online.

Kalau bersikeras kuliah waktu itu, disana itu, bisa saja. Tapi lingkungan dijurusan itu sangat sedikit, maksud saya orangnya. Saya angkatan pertama. Orang didalam kelas saya sedikit, dihitung pakai jari tangan masih bisa.

Seandainya ada lebih dari 30 orang, akan mudah mencari Link dari dalam kelas. Tidak apa-apa tidak ada Link dilingkungan tempat tinggal saya, setidaknya ada dilingkungan kelas.

Waktu itu belum ada organisasi mahasiswa didalam lingkungan jurusan. Akreditasi jurusan itu masih belum ada. Berselang beberapa minggu setelah kuliah, ada usulan membentuk kepengurusan Fakultas Teknik. Setahu saya cuma itu, jika ada organisasi dilingkungan Teknik waktu itu berarti diluar sepengetahuan saya.

Jurusan arsitek tergolong sedikit peminatnya dikota saya. Waktu itu yang punya jurusan arsitek hanya ULM. Sekarang saya tidak ingat ada berapa Univ yang memiliki jurusan yang sama.

Dibulan kedua saya kuliah, saya mulai merasa gelisah. Teman-teman dikelas mulai tidak betah, tidak betah dengan manusianya yang sedikit. Satu persatu keluar. Tidak lama saya juga keluar. Kira-kira dibulan ketiga atau keempat saya keluar. Saya lupa. Yang pasti ada yang bertahan, ada pula yang keluar. Dan inilah alasan kedua saya.

Saya keluar dari jurusan itu dengan pemikiran yang sudah sangat matang. Perkara kuliah memang tidak bisa sembarangan, saya move-on dari sana memerlukan waktu kurang lebih satu tahun. Jeda selama itu saya isi dengan memperdalam ilmu sains buat penerimaan mahasiswa baru tahun depannya.

Alhamdulillah saya sekarang sudah kuliah lagi. Saya diterima disebuah Universitas di Surabaya. Perkembangan dan kemajuan kampus ini luarbiasa bagi saya. Selang 4 tahun jurusan saya yang sekarang sudah punya Akreditasi B.

Sekarang saya sudah bisa bernafas lega --kalau matkul kosong. Berada dijurusan yang baru ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Tapi tidak sesulit seperti kabar yang beredar. Berada dilingkungan jurusan ini saya jalani dengan apa adanya.

Jika dihitung-hitung umur saya sudah 20-an. Banyak mahasiswa yang lulus diumur sekitaran itu. Ada juga dibawahnya. Jadi tugas saya sekarang hanya lulus tepat waktu dengan IPK memuaskan. Bisa membanggakan kedua orang tua dengan predikat seperti itu sudah luarbiasa.






Komentar

Posting Komentar