1 Tahun - 15 Tahun


Kala itu pengalaman paling berharga dan pertama dalam hidup adik saya, adik saya merasakan mengunyah menggunakan gigi. Dia baru memiliki gigi di bagian rahang bawah dan atas. Kalau tidak salah ada 1 diatas dan 2 dibawah.

Afif lahir ketika saya umur 14 tahun. Difoto umur saya 15 tahun.

Saat-saat umur seperti difoto itu kehidupan saya  diterpa cobaan lingkungan sosial. Mulai terpengaruh lingkungan sekitar teman-teman saya, sampai tekanan emosional yang tidak stabil. Cibiran atas sikap saya kala itu cukup lumayan. Siapa yang siap?, mengontrol hormon yang tumbuh tiba-tiba. Saya merasa tidak siap.

Hormon puberitas setiap manusia tumbuh disaat remaja, sebelum remaja hidup saya disibukkan dengan bermain game, ikut olahraga sana sini. Belum ada waktu mempelajari sains. Kala itu sains banyak diisi matematika. Yang ada, diajarkan tentang baligh, baligh, dan teori lanjutannya. 

Dengan seukuran anak puber, dihadapkan dengan dunia dengan berbagai sifat manusia. Apakah ada jaminan dia akan menerobos masa puber dengan aman?.

Bisa, jika dia berada di Pesantren dengan ustadz (pengawas) setiap jam disisinya. Sialnya bagi saya, saya justru menolak ajakan ayah saya untuk ke Pesantren. Jujur dalam hati saya saat ini.  Saya menyesalinya. Ayah saya orang yang sangat-sangat bisa membaca masa depan. 

Itulah alasan saya memilih pendidikan Dokter ketimbang pendidikan Polisi. Cita-cita kedua saya semasa kecil, yang pertama ABRI. Sayangnya sekarang ABRI dipecah.

Suatu hari, ketika umur 17, saya pernah mengetok dengan jari kepala Afif, pernah juga telinga. Karena dia terus saja merengek.

Pengetahuan saya tentang balita bisa dikatakan hampir tidak ada. Seumuran itu saya masih sulit mengendalikan emosi. 

Hampir menginjak umur Afif 5 tahun saya sudah berdamai dengan hormon puber. Usaha diplomatik otak saya berhasil meminimalisir hormon pertumbuhan dengan baik. Kedua pihak saling diuntungkan. Saya sudah bisa mengendalikan emosi dan sikap. Untungnya bagi hormon, jabis saya tumbuh, padahal sebelumnya hanya kumis. 

Saya akui, saya tidak ingin Afif menjadi pribadi buruk disaat dia puber nanti. Terkadang saya bertindak tegas jika dia berteman dengan anak nakal di sekitarnya.

Sekarang Afif sudah menempuh pendidikan SD, dia termasuk anak yang cerdas. Karena orang tua saya selalu memberi pelajaran setiap malam. Ibu saya mengajarkan teori disekolah, Ayah saya mengajarkan mengaji Al-Qur'an. Turun-temurun. 

Saya mencintai orang tua saya yang penuh perjuangan dalam mendidik.

Saya berharap Afif cerdik akhlak dan disiplin. Tidak lupa beruntung. Karena dunia yang akan ia hadapi ke depan butuh orang-orang cerdik dalam kebaikan, serta beruntung.

Kunci keberuntungan adalah terus menerus bersikap baik pada kedua orang tua, selalu mendo'akan mereka panjang umur dan muliakan mereka.



Komentar