Hoax dan Rasis Whatsapp


Bob Marley pernah membuat lagu berjudul One Love, bukan tanpa alasan legenda reggae ini menulis lirik lagu tersebut. Alasan terkuat nya saat itu adalah menyatukan ras kulit hitam dan ras kulit putih di Amerika pada tahun 70-an.

Begitu banyak nya isu rasis di Amerika pada masa itu sudah menjadi makanan pokok sehari-hari bagi Bob Marley. Jika saja Bob menyaksikan Barack Obama jadi Presiden betapa indah senyum yang akan terpampang di wajahnya. 

Bob Marley sukses menjadi legenda reggae yang dikenang sepanjang masa, mungkin juga sukses meredakan gejolak isu rasis di Amerika.

Sosok seperti Bob Marley yang kita harapkan ada saat ini, untuk meredam dan menghapus rasis dari bumi pertiwi. 

Segelombang warga papua berdemo di tanah mereka, berontak, dan menangis. Untuk memberi reaksi terhadap pengepungan di asrama mahasiswa Papua, Surabaya.  

Sudah beberapa tahun belakangan ini ketika menuju 17 Agustus ada saja yang meneror mahasiswa papua yang merantau ke tanah jawa. Apakah tidak ada yang sadar?. --seolah jadi rutinitas.

Awal dari kejadian ini berawal dari pesan grup Whatsapp yang menggiring opini anggota grup untuk berdemo di asrama mahasiswa Papua. Tidak main-main, pesan itu punya foto bendera yang jatuh ke selokan. 

Lalu cerita berlanjut, mencari-cari ormas yang katanya "cinta Indonesia", tidak lama bertemu polisi dan tentara. Tentu semangat sudah di ujung tanduk untuk mendemo mahasiswa. Kekesalan kepada OPM bisa saja alasan kuat untuk berdemo.

Demo pun dimulai (17/8), ormas yang "cinta Indonesia" meneriaki, polisi dan tentara memaksa ingin masuk. Namun orang rumah justru ketakutan karena kalah jumlah. Tembakan air mata menerjang seluruh penghuni. Tak terelakkan, akhirnya mereka menyerah. Malam tiba, tidak satupun dari mereka yang tahu bendera terjatuh ke selokan begitu keterangan mereka saat diperika di kantor polisi.

Hari berikutnya Papua bergejolak, menjadi trending di Youtube. Sebab nya adalah beredar video seorang anggota "berseragam" berkata rasis sehingga menyakiti hati warga Papua. 

Kita tahu menjadi tentara butuh kecintaan tinggi terhadap negara dan tidak pandang ras yang ada dalam negara yang ia lindungi. Anehnya, berita online mendeskripsikan orang yang berkata rasis memakai kostum tentara. Jika benar, hukuman yang setimpal adalah dikeluarkan dari tentara dan kurungan penjara. Tentu ini yang diharapkan warga Papua.

Ironinya lagi, ada yang mengaitkan kondisi penyerangan asrama mahasiswa Papua dengan gerakan kemerdekaan Aceh. Lucu sekali. Yap, saya baca-baca komentar di Youtube. Ada pro dan kontra terhadap mahasiswa Papua yang tinggal di tanah jawa.

Isu rasis ke Papua sebenarnya sudah lama terjadi, minggu ini adalah puncak kesabaran itu berakhir. Warga Papua membakar gedung-gedung dan meluapkan kekesalan mereka kepada oknum rasis di dalam video yang beredar.

Walikota Surabaya, Gubernur Jawa Timur, dan Kepolisian turut meminta maaf atas insiden rasisme Papua. Baru-baru ini anggota atau perwakilan ormas yang menyerang asrama mahasiswa Papua juga ikutan minta maaf. Alasan anggota ormas itu minta maaf karena terpancing informasi yang tidak jelas sumbernya. Potensinya, tahun depan perwakilan ormas yang sama juga minta maaf. --kegiatan rutin Agustus-an selain lomba.

Memperingati kemerdekaan Indonesia bukan dengan cara berdemo di asrama mahasiswa yang kita tahu mereka ingin memerdekakan diri dari Indonesia. Salah besar. 

Pahlawan Nasional, Bung Tomo lahir di Surabaya, tidak minta di peringati, Ia ingin di ingat. Begitu seyogyanya alasan kita memasang bendera didepan rumah. Untuk mengingat jasa Pahlawan.

Kesimpulannya, Whatsapp bisa saja menjadi senjata ampuh untuk meretakkan hubungan negara, antar masyarakat, dan suami istri. Berhati-hatilah dalam bermedia sosial. Inilah penyebab saya menghapus beberapa akun media sosial. 





Komentar